Skip to main content
search

© Copyright 2022 - Perpustakaan dan Pusat Layanan Digital UMS

Category

Resensi

UDAH PUTUSIN AJA!

By Resensi

putusinOleh : Cahyana Kumbul Widada (Pustakawan UMS)
Judul : Udah Putusin Aja!
Penulis : Felix Y. Siauw
Visual : Emeralda Noor Achni
Penerbit : Mizania
Tahun : 2013
Halaman : 180

 

Alhamdulillah. Tampilan buku ini memang sungguh menarik! Cover dengan warna pink dan ada gambar love tapi kegunting, begitu pas dengan pangsa pasar kalangan muda. Isi dengan kualitas kertas seperti majalah, ilustrasi warna-warni di setiap halaman, dan konten yang ringan namun berbobot, membawa pembaca terispirasi untuk menuntaskan buku ini.
Ada sebagian buku ini yang halamannya berwarna pink, dan ada sebagian lagi berwarna nila. Halaman dengan warna pink mengkhususkan pembahasan dari sisi wanita. Sedangkan halaman dengan warna nila berisi pembahasan dari sisi pria. Gaya bahasa gaul yang dikemas dalam kicauan ala twitter, ditambah tampilan komik unyu karya Emeralda Noor Achni yang sangat apik membuat buku ini merupakan maha karya yang layak harus dibaca.
Penyajiannya dengan gaya humor mudah dicerna, cukup familier namun tetap sarat ilmu tanpa terkesan menggurui. Argumennya masuk akal dan menginspirasi hati. Tanpa tedeng aling-aling dan dengan lembut memberikan pemahaman, namun tak jarang menikam tanpa ragu membeberkan fakta-fakta kesalahan kita selama ini dan memberi solusi kongkrit. Keren habis dan membumi bahasanya.
Felix Y. Siauw, penulis buku berjudul Udah Putusin Aja! yang tenar dengan gaya kicauan twitternya, dan karya-karya motivasional dan sejarah yang inspiratif. Melalui buku ini dia ingin memaparkan bagaimana memuliakan cinta dengan jalan yang dimuliakan islam. Bukan dengan pacaran yang sudah menjadi dan digandrungi oleh remaja-remaja islam Indonesia. Mengingat begitu tinggi sakralnya pernikahan yang tidak boleh tercemar dengan pacaran. “Untuk mendidik cinta agar bersemi dalam taat, bukan direndahkan oleh maksiat. Agar pemilik cinta tehormat bukan dirundung laknat”.
Buku ini terbagai dalam 11 bab dengan pembahasan bertahap. Mulai dari adanya penjelasan rasa cinta, kemudian mengulas habis tentang perasaan suka kepada lawan jenis. Kemudian dilanjutkan pandangan pacaran dalam Islam yang terlarang, dan untuk kaum hawa diberikan peringatan dini secara langsung dan tegas. Bahaya pacaran memang lebih banyak menyelubungi wanita. Baru kemudian ia menuntun pria yang mengaku lelaki untuk bersikap jantan menghadapi orang tua dari pasangannya, bukan malah menariknya ke dalam jurang ilusi bernama pacaran. Sasaran tembak buku ini sebenarnya adalah anak muda terutama wanita, namun bahasa membumi, kelengkapan isi, dan kekocakan ilustrasi membuat buku ini tetap cocok untuk kalangan lain. Akhirnya memberikan penjelasan karena Islam telah memberikan jalan sesuai fitroh melalui tahapan yaitu Menikah.

Contoh ungkapan dalam buku Udah Putusin Aja!
“Bila melihat fakta ini saja, seharusnya wanita sadar bahwa pacaran bukanlah aktivitas yang aman baginya dan bagi masa depannya. Wanita dengan masa depan cerah itu penting bagi lelaki, tetapi wanita dengan masa lalu tanpa noda itu jauh lebih penting. Dan pacaran tidak mengakomodasikan masa depan, melainkan menghancurkan” (hal. 35)

Buku ini mengarahkan kepada kita yang sedang atau pernah pacaran untuk beristropeksi, karena mengundang datangnya perilaku maksiat lainnya. Manajemen cinta harus tertata dengan baik dan syar’i lewat saluran cinta yang pantas, yaitu cinta untuk orangtua, saudara-saudara, keluarga kita dan juga sayang terhadap diri sendiri. Untuk itu pada cover buku ini ditulis ada rambu “Jaga Kehormatanmu, Raih Kemuliaanmu” yang menggambarkan kalau buku sangat cocok bagi yang sedang galau memutuskan untuk pacaran atau tidak.

Buku ini juga sangat mengispirasi bagi orang yang baru mencari jati diri keislaman yang lebih mantap. Memberikan tulisannya dengan gaya humor dan asyik disertai pantun-pantun membuat dahi ini berkernyit. Mempertimbangkan budaya yang semakin permisif untuk ditinggalkan karena Islam telah memberi solusi yang amat manusiawi.

Sialnya kita hidup di zaman kapitalisme yang mengajarkan lelaki dan wanita masa kini untuk memperhatikan fisik bukan isi, perhatikan badan bukan iman. Kapitalisme menjadikan kebahagiaan materialistis sebagai tujuan tertinggi. Hingga membuat lelaki sejati dalam pandangan Islam menjadi barang yang sulit. Hedonisme, anak kandung kapitalisme, sukses menjadikan lelaki hanya peduli nikmat sampai pada kulit. Wajar bila kita melihat dimana-mana lelaki jadi miskin tanggungjawab dan fakir komitmen.(hal 56)

 

 

Meraih Asa dengan Man Jadda Wajada

By Resensi

Oleh  Siti Nuraisah (A310100160)

 

3 warnaJudul : Ranah 3 Warna
Pengarang : Ahmad Fuadi
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit : 2011
ISBN : 978-879-22-6235-1

Alif merupakan salah satu santri Pondok Madani yang mempunyai cita-cita tinggi untuk bersekolah di Amerika – jauh sekali dengan tempatnya di berpijak kini. Awalnya, banyak orang yang meragukan keingian Alif karena dia hanya menuntut ilmu di sebuah pondok yang tak berijazah SMA. Tetapi tekad Alif begitu kuat sehingga ia akan membuktikan bahwa dia bisa. Berbekal mantra manjadda wajada Alif terus berusaha belajar untuk bisa mengikuti ujian persamaan dan akhirnya bisa mengikuti UMPTN. Melalui jerih payahnya, Alif bisa menembus UMPTN walaupun dia tidak bisa masuk jurusan Teknik Penerbangan seperi yang diimpikannya. Allah berkata lain. Alif masuk di jurusan Hubungan Internasional Universitas Padjajaran. Pikir Alif, setidaknya dengan jurusan HI akan membuka jalan untuk bisa mengambahkan kakinya ke luar negeri seperti impiannya.
Berkat tekadnya yang kuat, Alif berangkat ke Bandung dengan bekal yang pas-pasan. Alif mempunyai mental yang kuat untuk menghadapi segala ujian dan halangan yang merintang, termasuk ketika ayahnya meninggal dunia. Sejak itu, Alif berpikir keras bagaimana caranya agar ia dapat mandiri di Bandung agar tak memberatkan ibunya. Bahkan, ia bercita-cita mulia – ingin mengirim uang untuk amaknya setiap bulan. Berbagai cara dia lakukakan, mulai dari menulis, berdagang, dan menjadi sales door to door.
Suatu hari, dia mendaftarkan diri untuk menjadi Duta Muda Bangsa. Melalui jalan ini, maka impiannya akan terwujud beberapa langkah lagi. Ketika pendaftaraan itu, ia melihat Randai — teman baiknya sejak di Pondok Madani, dan Raisa – mahasiswi komuikasi ITB yang membuat dia terpukau. Akhirnya, Alif dan Raisa lulus dalam seleksi Duta Muda Bangsa itu, sedangkan Randai tak beruntung waktu itu. Berbagai pengalaman berharga Alif dapatkan di program yang mengantarkannya ke Kanada itu. Kini ia telah berhasil menjajaki 3 ranah warna yang berbeda, yaitu Indonesia –negeri tempat ia berasal, Arab – tempat para Nabi, dan Amerika – tempat yang selalu ia impi-impikan ketika di Pondok Madani.

Keunggulan dan Kelemahan
Novel Ranah 3 Warna merupakan novel kedua dari trilogi Negeri 5 Menara. Novel karangan Ahmad Fuadi ini berisi tentang semangat juang yang tinggi untuk meraih impian. Novel ini berusaha untuk mengobarkan semangat untuk tetap mencari ilmu walau apa pun yang menjadi kendala. Manjadda wajada dan man shabara zhafira merupakan dua strategi ampuh yang harus ditanamkan dalam diri untuk tetap berusaha semaksimal mungkin dan tetap bersabar. Melalui rangkaian kata-katanya novel ini mampu menstimulasi semangat pembaca untuk tetap berusaha dan berdoa.
Gaya penulis yang unik dalam memotivasi penulis selalu tersurat dalam novel ini sehingga pembaca menjadi lebih mudah untuk memetik intisari dari amanat novel tersebut. Kelangsungan pengarang dalam meyampaikan pesan tersebut juga mampu menjadi stimulator yang lebih bagi pembaca. Selain itu, pengarang banyak menggunakan bahasa asalnya, yaitu bahasa Maninjau. Hal ini menjadi nilai plus untuk mengenalkan keraifan lokal berupa bahasa daerah. Penggunaan bahasa daerah tersebut tidak akan menyulitkan pembaca dalam memahami maknanya karena ada footnote yang menjelaskan makna kata tersebut.
Buku ini mempunyai desain cover yang kurang menarik. Bahasa yang digunakan dalam novel ini masih terlalu lugas. Pengarang belum begitu dominan dalam menggunakan bahasa figuratif sebagai salah satu kekuatan estetika sastra. Hal ini juga berpengaruh pada penggambaran suasana dalam novel ini yang belum begitu deskriptif. Alur dalam cerita ini masih terlalu monoton karena hanya menggunakan alur maju. Alur dalam cerita ini juga tidak konsisten karena awalnya alur cerita ini berjalan lambat, tetapi ketika sampai di subbab bagian akhir-akhir cerita melompat jauh sehingga akhir cerita atau ending dari novel ini agak kaku walupun pesan dalam novel ini tersampaikan dengan baik.

PENDIDIKAN ANAK BERBUAH ‘ANAK BERPENDIDIKAN’

By Resensi

Oleh : Ken Retno Yuniwati (Pustakawan UMS)

anak muslimENSIKLOPEDI PENDIDIKAN ANAK MUSLIM
Penulis : Hidyatullah Ahmad
Penerbit : Robbani Press
Tahun Terbit : 2008
Pengantar : Mohammad Fauzil Adhim (Penulis Buku Positive Parenting)Tidaklah ada pemberian yang lebih baik dari orang tua kepada anaknya daripada pendidikan adab yang baik (HR.Bukhari)

 

 

Anak adalah tumpuan harapan sekaligus amanat yang besar. Orang tua dan pendidik bertanggung jawab untuk mempersiapkan mereka dengan sebaik-baiknya sehingga menjadi insan yang berhasil di dunia dan akhirat. Pendidikan anak adalah sangat penting. Untuk menghadirkan anak-anak yang pandai, cerdas dan bertaqwa bukanlah hal mudah. Peran orang tua, sebagai penerima amanah Allah, sangat menentukan. Orang tua dituntut untuk mampu membimbing dan mengarahkan anak dalam menentukan dan memilih memilih sekolah, hingga mereka tidak salah jalan.

Anak sebagai anugrah yang merupakan salah satu nikmat Allah, pahala yang terus turun, dan perhiasan kehidupan dunia bagi kedua orang tuanya. Seorang anak dengan kematangan pribadi, sosial, intelektual dan spiritual adalah hal yang diinginkan banyak orang tua. Tak keliru jika peran pendidikan sangat berpengaruh terhadap proses perwujudannya. Pendidikan yang berlangsung saat manusia masih dalam kandungan hingga menjelang ajal.

Dalam Islam dianjurkan (dan diajarkan) agar mengumandangkan adzan ke telinga kanannya dan iqamah ke teliga kirinya saat anak dilahirkan. Ini merupakan ajaran Rosulullah Saw yang bisa dijadikan sebagai satu sarana pendidikan untuk menanamkan nilai-nilai aqidah sejak dini. Sebuah tuntunan bidang pendidikan yang memliki makna dan tujuan yang sangat dalam untuk perkembangan proses pendidikan seorang anak di kemudian hari. Menerapkan pendidikan anak memang harus mengacu pada Al-Qur’an dan hadist. Kenapa? Karena dalam Al-Qur’an dan hadist banyak kita jumpai konsep-konsep pendidikan islami yang mampu menjadikan anak kita menjadi anak-anak yang shaleh dan shalehah.

Proses pendidikan seorang anak dalam keluarga yang baik tanpa masalah, tak luput dari peran orangtua. Peran orangtua sebagai pendidik, akan sukses membentuk anak dengan pribadi yang baik. Komunikasi yang terbangun secara positif, mampu memotivasi anak untuk berperilaku dan bertutur kata secara baik. Bahkan kedisiplinan akan menjadi hal yang tak memberatkan anak karena mampu diterima dan dipelajari anak secara menyenangkan.

Mohammad Fauzil Adhim dalam bukunya Membuat Anak Gila Membaca (hal 29) mengatakan “Jika Anda menginginkan anak yang cerdas, berilah rangsangan komunikasi yang aktif sejak dini, khususnya dengan memberi “diet membaca” membaca dapat memberikan rangsangan agar anak memiliki keterampilan berpikir, kemampuan komunikasi, serta kecakapan mental yang baik”.

Merancang berbagai kegiatan di sekolah dan di rumah yang saling melengkapi mampu membuat anak bisa percaya diri. Saat anak tumbuh dengan keunggulan di bidang tertentu seperti hafalannya, kecakapan di bidang olahraga, kehalusanan tutur katanya, dan keunggulan-keunggulan yang lain, perlu kegiatan lain yang dapat membuat seorang anak menjadi akhlaqul kariimah. Anak yang mampu menjaga keselamatan dunia akhirat.

Sejarah keemasan Islam mencatat tentang kecermelangan generasi pertama hingga beberapa generasi sesudahnya yang tumbuh menjadi generasi unggul dengan kematangan pribadi, sosial, intelektual dan bahkan spiritual. Usamah bin Zaid adalah contoh pribadi yang bisa dijadikan panutan. Seseorang dengan keunggulan pribadi yang mampu berkembang secara menyeluruh dan seimbang dibawah didikan Muhammad SAW. Pribadi yang mampu bertanggung jawab terhadap diri sendiri dan keluarga (karena sudah berkeluarga), serta mampu mengambil tanggung jawab sosial secara lebih besar.

Buku Ensiklopedi Pendidikan Anak Muslim ini menguraikan banyak hal tentang berbagai metode pendidikan islami yang dipadu dengan pendidikan modern. Pembahasan secara lebih mendetail pada pendidikan anak, membuat buku ini sangat mungkin untuk dijadikan pedoman atau rujukan bagi pembaca dalam melakukan berbagai kegiatan pendidikan. Selain itu, berbagai masalah dalam berbagai jenjang pendidikan seperti balita, kanak-kanak, remaja dan pemuda mampu diuraikan penulis secara gamplang. Tak hanya guru, para orang tua pun akan menemukan jawaban dari masalah-masalah yang timbul di seputar pendidikan anak di buku ini.
Semua aspek pendidikan, agama, perilaku, kecerdasan intelektual, psikologi, kesehatan, sosial dan lingkungan, pendidikan seksual, dan estetika dibahas dalam buku ini. Pembaca juga akan mendapatkan gambaran dan contoh mendidik yang tepat, sekaligus dapat mengukur kecakapan karena buku ini dilengkapi dengan tes penerapan praktek mendidik.

Melihat penampilan fisik buku dan harga sebesar Rp. 140.000, buku ini ternasuk tidak mahal dan tidak membosankan untuk dilihat. Saya sebagai pembaca yang semula hanya ingin membuat resensi dari buku ini, ingin membaca lebih jauh. Kalimat-kalimat yang tertera sangat membuat betah untuk membaca lebih lama dan tidak membuat bosan bagi orang awam yang ingin mengetahui seluk beluk tentang pendidikan islam di kehidupan sehari-hari. Sangat cocok juga untuk berbagai lingkup instansi atau organisasi yang bergerak di bidang pendidikan anak.